Dikutip dari TRIBUNNEWS.COM, Letusan Gunung Kelud di perbatasan Kabupaten Kediri, Malang, dan Blitar, semuanya di Jawa Timur, pada Kamis (13/2/2014), dinyatakan lebih besar daripada letusan yang pernah terjadi pada 1990.
Informasi tersebut disampaikan lewat siaran pers Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi, Sumber Daya Alam, dan Mineral, yang diterima Jumat (14/2/2014) dini hari.
"(Indikatornya) tinggi lontaran vulkanik dari letusan ini mencapai 17 kilometer," ujar Pelaksana Tugas Pengamatan dan Penyelidikan Gunung Api PVMBG, Gede Swantika, dalam siaran pers itu.
Pada 1990, ketinggian lontaran material vulkanik dari letusan Gunung Kelud tercatat mencapai sekitar 8 kilometer. Ketinggian lontaran material vulkanik letusan pada Kamis malam merupakan laporan dari otoritas vulkanologi di Darwin, Australia.
Letusan pada 1990 merupakan letusan terakhir sebelum letusan Kamis malam, yang melontarkan material vulkanik. Adapun letusan pada 2007 tidak sampai memuntahkan material vulkanik, tetapi telah menyebabkan surutnya danau di kawah gunung itu, berganti dengan munculnya kubah lava.
Selain tinggi lontaran material vulkanik, letusan pada Kamis malam lebih hebat daripada letusan pada 1990 juga diukur berdasarkan area terdampak letusan. Dalam pantuan PVMBG, abu letusan Gunung Kelud pada Kamis malam terlontar sampai ke kota-kota yang relatif jauh dari lokasi gunung.
"Abu terpantau antara lain sampai ke Ponorogo, Mojokerto, dan Surabaya," sebut siaran pers PVMBG. Lokasi kota-kota yang dicontohkan itu jauh dari lokasi gunung. Ponorogo, misalnya, sudah mendekati Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Adapun Surabaya jauh di utara lokasi Gunung Kelud.
Pantauan di lapangan, saat ini masih terus terjadi hujan abu di sekitar Gunung Kelud. Menurut PVMBG, saat ini aktivitas kegunungapian Gunung Kelud terpantau mereda. Namun, ujar pernyataan itu, belum dapat dipastikan apakah sudah benar-benar berhenti atau hanya semacam jeda. "Kepastian baru bisa dicek besok pagi (Jumat pagi, red)."(M Agus Fauzul Hakim)