APA ITU OBSESI ???

2 komentar
Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri …. (QS Ar-Ra’d [13]: 11)
Rabi’ah bin Ka’ab Al-Ashlami adalah salah seorang sahabat yang sering berkhidmat atau melayani Rasulullah saw. Karena pelayanan tersebut, terbetik dalam hati Rasul untuk membalas budi baik sahabatnya tersebut. Beliau pun menawarkan sesuatu kepada Rabi’ah, “Wahai Abu Firas, mintalah sesuatu kepadaku!”
Rabi’ah Al-Ashlami tidak menyia-nyiakan tawaran itu. Dia berkata, “Rasulullah, sungguh aku ingin menemanimu di surga kelak!” Rasul terkejut mendengar permintaan Rabi’ah. “Adakah sesuatu yang lain?” pinta beliau. “Tidak ada wahai Rasul. Hanya itu!” “Jika demikian,” sambung Rasulullah, “bantulah aku (untuk memperoleh permintaanmu itu) dengan memperbanyak sujud.”
Ada hal menarik dari dialog ini. Rasulullah Saw. mengajarkan bahwa seseorang tidak cukup mengatakan apa yang diinginkan. Yang lebih penting, dia harus berusaha untuk mendapatkannya. Keberhasilan seseorang meraih obsesinya sangat tergantung pada seberapa optimal dia mengusahakannya. Bukan pada seberapa besar pertolongan orang lain kepada dirinya. Rasul sendiri tidak bisa menjamin seseorang masuk surga, tanpa dia sendiri mau mengusahakannya. Al-Quran menegaskan, Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri .… (QS. Ar-Ra’d [13]: 11).
Di sinilah masalahnya. Sebagian orang hanya sampai pada tahap ingin. Tanpa mau menapaki tahap-tahap selanjutnya. Keinginan, cita-cita atau obsesi adalah tangga pertama untuk meraih kesuksesan. Tangga selanjutnya adalah, mengetahui “bagaimana” cara mencapainya. Seseorang tidak akan pernah sampai ke tempat tujuan, jika dia tidak tahu cara untuk sampai ke sana. Pengetahuan itu ibarat peta yang akan memandu seseorang mencapai tujuan. Tahap selanjutnya adalah mau bergerak, berusaha, dan berkorban. Obsesi akan kehilangan makna, peta pun tidak akan berguna, bila seseorang tidak mau beraksi.
Inilah yang dilakukan Rabi’ah bin Ka’ab Al-Ashlami. Setelah dinasihatkan untuk banyak bersujud, dia benar-benar menjadi seorang ahli sujud. Tidak saja sujud secara fisik seperti dalam shalat, tapi juga sujud dalam arti hakiki, yaitu selalu taat dan patuh kepada Allah di mana pun dia berada. Obsesi yang dilandasi ilmu dan amal optimal, pada akhirnya akan membuahkan kesuksesan.
Ada satu kisah tentang kesesuaian obsesi dan aksi ini.
Suatu hari Socrates didatangi seorang muridnya. Dia bertanya, “Guru, apa yang dimaksud dengan obsesi?” Socrates tidak menjawab, dia hanya mengajak sang murid ke sebuah bak yang berisi air. Setibanya di sana, Socrates segera memegang kepala sang murid lalu membenamkannya ke dalam bak tersebut. Sontak saja dia meronta ronta ingin melepaskan diri. Setelah berusaha matian-matian, dia pun berhasil melepaskan kepalanya dari cengkeraman Socrates sehingga bisa keluar dari bak dengan kepala basah kuyup.
Sambil tersengal-sengal dia bertanya, “Guru, kenapa engkau memasukkan kepala saya ke dalam bak air?”
“Itulah yang disebut obsesi. Keinginan memuncak untuk mendapatkan sesuatu, seperti halnya keinginanmu untuk keluar dari bak air,” jawab Socrates. ***

2 Responses so far

Leave a Reply