Sudahkah Kalian Menjadi Mahasiswa Hi-Tech?

2 komentar
Postingan ini penulis kutip dari salah satu Pesan  Dosen Di Universitas Pancasila. Beliau adalah Bpk Endy Muhardin, seorang master Java Programmer yang sudah menekuni Java berpuluh-puluh tahun. Beliau mengajar 6 kelas, dimana per kelasnya terdiri dari 30 Mahasiswa, jadi total semuanya 180 mahasiswa yang mengikuti perkuliahan beliau.

Sudahkah Kalian Menjadi Mahasiswa Hi-Tech?
Dalam kesehariannya beliau mengajar, beliau selalu mengamati mahasiswanya. Berdasarkan pengamatan beliau ini, beliau menemukan suatu kondisi yang sangat menyedihkan dan bisa dikatakan suatu kondisi yang sangat kronis sekali.

Berikut ini pesan yang penulis kutip dari Postingan Beliau,

"Dari sekian banyak mahasiswa, tidak ada satupun yang mengikuti perkuliahan sesuai dengan kondisi jaman sekarang. Semuanya, tanpa terkecuali, masih kuliah seperti halnya saya kuliah di tahun 1997 dulu. Ya benar, selama 17 tahun tidak ada perubahan metodologi sama sekali."

Padahal ini mahasiswa jurusan IT, yang sepatutnya menjadi yang terdepan dalam hal memahami dan memanfaatkan teknologi terkini. Mereka masih saja:
  • mendengarkan saya berceloteh di depan kelas
  • mencatat celotehan saya dan gambar-gambar yang saya buat di papan tulis
  • pada saat mau ujian, belajar dari catatan tersebut
Tidak sebanding dengan persenjataan masing-masing individu:
  • Smartphone. Segelintir pakai iPhone, dan mayoritas pakai Android. Minimal Blackberry.
  • Internet Nonstop. Baik paket data dari smartphone maupun internet gratis dari kampus.
  • Sesi kuliah saya selalu diadakan di lab komputer. Masing-masing orang menghadapi PC di depan mukanya.

Nah, lalu bagaimana seharusnya??

Ada beberapa poin yang seharusnya dilakukan mahasiswa jaman sekarang:
  1. Jangan mencatat
  2. Tinggal di awan
  3. Kolaborasi menggunakan social networking
  4. Belajar dari internet
Waduh, tidak mencatat gimana mau ingat? Tidak bawa buku lalu mau menulis dimana? Bukannya orang bilang Facebook itu tidak produktif?


Mari kita bahas..

Jangan Mencatat
Urusan catat-mencatat ini kita bagi dua:
  • pada saat kuliah teori
  • pada saat praktikum

Saat Kuliah
Ada beberapa kerugian kalau kita mencatat selama sesi perkuliahan:
  • tidak mengikuti penjelasan dosen secara penuh karena konsentrasi kita terbagi
  • tidak bisa mengabadikan materi 100%, karena kecepatan menulis kita jauh lebih lambat daripada kecepatan bicara dosen
  • untuk konten instruksional, seperti sesi live coding yang biasa saya lakukan di kelas, ada urut-urutan langkah yang sulit untuk ditangkap tulisan tangan

Walaupun demikian, menulis itu tetap penting karena banyak manfaatnya:
  • mengatasi faktor lupa. Apalagi pada masa kuliah kita mengikuti beragam perkuliahan. Kalau tidak dicatat, isi kuliah Pemrograman akan ludes begitu kita masuk kelas Basis Data.
  • kegiatan menulis ulang dengan kalimat sendiri dapat meningkatkan pemahaman kita. Ini sebabnya saya menulis blog.
  • kegiatan menulis juga bisa mengikat materi lebih kuat ke ingatan kita dibanding hanya mendengarkan saja.

Lalu bagaimana? Katanya jangan mencatat.

Begini _best practices_nya:
  1. Kalau dosen menulis di papan tulis, jangan dicatat. Potret saja.
  2. Selama sesi perkuliahan, nyalakan perekam suara untuk merekam omongan dosen.
  3. Setelah selesai kuliah, investasikan waktu 30 menit untuk :

  • mengetik ulang materi kuliah dengan kata-kata kita sendiri
  • tambahkan dengan foto tulisan/diagram yang digambar dosen di papan tulis
  • bila ada hal-hal yang kurang jelas, segera lengkapi dengan bantuan Google.

Dengan demikian, kita bisa mendapatkan segala keuntungan menulis tanpa terkena kerugian karena menulis selama sesi kuliah. Intinya, pisahkan kegiatan menulis (yang berguna untuk memperjelas pemahaman dan mengikat materi di otak) dengan kegiatan merekam penjelasan dosen.

Sulitkah melakukan hal tersebut di atas?

Sama sekali tidak. Lihat daftar persenjataan yang saya jabarkan di atas. Smartphone termurah sekalipun (harga 1 juta ke bawah BNIB) sudah mampu memotret dan merekam suara. Tambahkan budget sekitar 300 ribu untuk memory card berkapasitas 32GB. Sebagai gambaran, rekaman suara 60 menit ukuran filenya 60MB. Dengan 32 GB, kita bisa menampung 500 jam celotehan dosen :D Ok lah kita bagi dua menjadi 200 jam, karena separuhnya kita pakai untuk foto papan tulis. Kalau satu foto ukurannya 4MB, maka kita punya space untuk 4000 foto. Cukuplah untuk satu semester.

Saat Praktikum

Pada sesi praktikum, biasanya tidak ada penjelasan dosen atau asisten. Mahasiswa diberikan tugas untuk dikerjakan. Kadangkala dilengkapi dengan instruksi atau tutorial. Bagi mahasiswa pemrograman, selama praktikum tentu akan disuruh coding. Untuk mata kuliah jaringan, kadangkala disuruh setting server. Apapun itu, untuk menyelesaikan tugas praktikum biasanya dibutuhkan beberapa langkah pengerjaan menggunakan komputer.

Lalu apa yang dicatat?

Ya tentu saja langkah demi langkah penyelesaian tugas. Ambil screenshot tiap langkah, kemudian pasang di aplikasi word processor seperti Microsoft Word atau Libre Office Writer. Kalau mau lebih canggih, gunakan format Markdown

Tools dan Aplikasi

Pengguna Ubuntu bisa menggunakan aplikasi Shutter untuk mengambil screenshot dan RecordMyDesktop untuk merekam screencast. Bila ingin men-dubbing screencast, rekam dulu penjelasannya pakai smartphone, kemudian gabungkan audio dan video dengan aplikasi OpenShot.

Bagi mereka yang di jaman merdeka ini masih saja terkurung di balik jendela, bisa menggunakan aplikasi SnagIt untuk membuat screenshot, dan Camtasia untuk membuat screencast.

Ok pak. Saya sudah mencatat di luar sesi kuliah menggunakan word processor, tidak lagi pakai buku dan pulpen. Berarti saya kemana-mana harus bawa flashdisk dong?

Tidak perlu. Kan sekarang trend-nya tinggal di awan ;)
Tinggal di Awan

Jaman sekarang, orang berlomba-lomba menyediakan cloud services. Ada 4shared, Dropbox, Youtube, Github, Twitter, Facebook, dan sebagainya. Kita harus manfaatkan layanan gratis ini semaksimal mungkin. Kasihan yang bikin, udah susah-susah bikinnya, kita tinggal pake aja gak mau :D

Ada beberapa layanan yang saya gunakan, yaitu:

  • Youtube: untuk mengupload hasil screencast. Silahkan tonton dan subscribe.
  • Springpad. Ini adalah layanan untuk membuat catatan. Kita bisa membuat catatan, mengupload foto pada catatan tersebut, bahkan sampai membuat buku. Springpad ini saya gunakan selama sesi training. Semua penjelasan saya catat di situ, kemudian saya share ke peserta training. Dengan demikian mereka tidak perlu mencatat dan saya tidak perlu mengirim email berisi catatan. Halaman SpringPad saya bisa diakses di sini. Ada beberapa notebook yang aksesnya public sebagai referensi.
  • Github. Ini adalah social networking buat programmer. 
Saya kan baru mahasiswa pak. Tidak perlu bikin akun Github gpp ya?

Nah, kalau kamu mahasiswa saya, wajib punya. Saya cuma terima pengumpulan tugas via Github. Udah gak jaman mahasiswa ngejunk di inbox saya mengirim file *.rar atau *.zip. Tanpa akun Github, nilai tugas kamu nol.

Kalau bukan mahasiswa saya ya terserah saja. Satu hal yang perlu diingat. Github itu adalah portfolio kamu sebagai programmer. Modal utama programmer dalam mencari kerja. Di situ kamu menunjukkan apa yang bisa dan pernah kamu buat. Rekruter jaman sekarang juga sudah canggih. Memanggil orang interview itu buang waktu, tenaga, dan biaya. Akan jauh lebih cepat mudah dan murah untuk langsung saja melihat isi repo Github. Dalam 5 menit udah ketahuan kandidat tersebut bisa apa saja dan sejauh mana kompetensinya.

Setelah tinggal di awan, jangan introvert. Mari kita bersosialisasi, bersosialisasi di forum yang telah ada dan bertebaran diawan, seperti disini

Belajar dari Internet

Bapak menteri kita pernah bertanya,

Memangnya kalau internet kenceng, mau dipake apa??

Setelah membaca artikel ini sampai di sini, kamu sekarang bisa menjawab dengan yakin.

Buat belajar pak !! Saya akan donlod semua video tutorial di Youtube. Saya copy ke smartphone saya. Tiap ada waktu luang, misalnya ngantri di ATM, selama kegencet di commutter line, kena macet di angkot, saya akan tonton tutorial tersebut. Insya Allah saya bisa cepet pinter pak, biar bisa gantiin Bapak ngeberesin internet Indonesia ;)

Misalnya jika ingin belajar tentang Java Programming dari dasar atau dari awal bisa disini

Modal

Wah, dengan segala macam teknologi di atas, pasti modalnya mahal ya Pak? Saya mahasiswa cekak, bokek, pas-pasan.

Tidak juga. Ini cuma masalah prioritas dan kesungguhan aja.

Kesimpulan

Jaman sekarang semua sudah serba mudah. Mau belajar apa saja gak perlu tunggu guru/dosen. 5 tahun ke depan, harusnya murid/mahasiswa saya bisa 5 kali lebih hebat dari saya. Masa kalah sama generasi pager yang komputernya jauh lebih lemot daripada handphone jaman sekarang?

Tinggal kita saja pintar-pintar mengatur prioritas. Mana yang lebih penting, jago coding atau up to date dengan kelakuan Farhat/Jupe/Justin/whatever yang terbaru?

Setelah membaca dan memahami hal diatas, tentunya penuli berharap ada sebuah perubahan yang sangat mendasar dari dalam diri anda semua, untuk bergerak satu langkah lebih dibanding teman-teman anda yang belum beruntung memliki persenjataan yang mampu anda miliki saat ini. 

Sudahkah Kalian Menjadi Mahasiswa Hi-Tech?

Gambar diatas adalah modal penulis untuk mengikuti petuah yang sungguh bermanfaat sekali seperti diatas, dengan bermodal Hp Samsung GT-E1195 penulis dengan percaya diri mau bergerak satu langkah lebih maju untuk menggunakan Hp diatas sesuai dengan fungsionalnya. Mungkin Hp diatas tidaklah jauh lebih baik dibanding Hp, Gadget yang anda gunakan saat ini. Dan penulis yakin bahwa tentunya anda juga jauh lebih cepat bergeraknya ketimbang penulis. Sampai ketemu di Ujung Kesuksesan sebagai Mahasiswa Hi-Tech

2 Responses so far

  1. Thank you for the impressive post.

Leave a Reply